News

Meta Ginting menunggu saatnya mengaplikasikan apa yang telah dipelajarinya secara akademis di dunia nyata selama satu tahun sebagai peserta program magang di World Communion of Reformed Churches (WCRC).

“Sebagai seorang peneliti di bidang studi agama dan antarbudaya, pengalaman dan pengetahuan saya dapat memenuhi kebutuhan WCRC,” kata Ginting.

“Saya percaya bahwa menjadi peserta program magang WCRC akan memberikan pengalaman langsung bagi saya terlibat dalam gerakan ekumenis. Ini yang membuat hati saya tergerak, gerakan ekumenis begitu dinamis dan merupakan suatu studi yang tidak pernah berakhir. Selalu akan ada hal baru yang muncul dari gerakan ini.”

Sebagai putri petani, Ginting bertumbuh besar di wilayah utara Sumatra, Indonesia, sebagai anggota jemaat Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sebelum bermigrasi ke Yogyakarta untuk bersekolah, termasuk mengambil studi teologi di Universitas Kristen Duta Wacana.

“Kebanyakan orang yang mengambil sekolah teologi biasanya menjadi pendeta setelah lulus,” kata Ginting. “Tadinya saya tidak sadar bahwa belajar teologi dapat mengarah kepada berbagai pekerjaan selain menjadi pendeta atau pemimpin gereja. Dalam studi saya, saya menyadari bahwa lulusan teologi dapat menjadi guru, konselor, peneliti, aktivis, dan banyak profesi lainnya.”

Meta memindahkan fokusnya dari teologi kepada studi agama dan antarbudaya. “Dalam masa studi saya, saya menemukan kembali iman saya, dan saya merasa sangat bersukacita bisa bekerja bersama-sama orang-orang yang paling tidak dihargai di tengah masyarakat,” katanya. “Dalam perjumpaan yang saya alami dengan orang-orang ini selama masa di universitas, saya menyimpulkan bahwa Kekristenan tidak cukup hanya benar saja, melainkan haruslah juga baik – khususnya bagi dunia yang begitu rapuh.”

Meta ingin melihat keyakinan ini diwujudkan dalam aksi di WCRC. “Saya bersemangat untuk mempelajari bagaimana WCRC dan gereja-gereja anggotanya membuat rencana-rencana strategis untuk menghadapi masalah-masalah yang dialami orang-orang Kristen di seluruh dunia. Saya ingin menyaksikan bagaimana rencana kerja tersebut diwujudkan sepanjang tahun ini serta belajar mengadaptasikannya dalam konteks lokal saya nanti setelah pulang,” kata Ginting.

“Sebagai orang muda, saya ingin membawa juga pengalaman saya dan menyandingkannya dengan perspektif bagaimana gerakan ekumenis dapat lebih terlibat dengan komunitas orang-orang muda,” lanjutnya. “Saya ingin melihat lebih banyak anak muda yang terlibat dalam gerakan ekumenis.”

“Saya berharap dapat memulihkan pemahaman akan satu tubuh Kristus dan menyentuh hati generasi yang lebih muda,” kata Ginting. “Dengan demikian, kita dapat melihat dan memastikan bahwa gereja di masa depan masih melakukan apa yang dilakukannya saat ini dan bahkan menjadi lebih baik dalam mewujudkan dunia yang sesuai kehendak Tuhan – berjalan bersama mereka yang tertindas dan terlupakan, tanpa mengambil tempat mereka melainkan menjadi suara bagi mereka dan membantu mereka menemukan suara mereka sendiri.”

Ginting akan menjadi bagian dari WCRC selama tahun 2020. WCRC akan memilih peserta magang berikutnya sebelum bulan Juni untuk mulai bekerja di pertengahan akhir tahun ini.

Program magang WCRC dapat terlaksana melalui kontribusi dari Evangelisches Missionswerk, Reformierte Kirchen Bern-Jura-Solothurn dan gereja-gereja anggota lainnya.