News

Organisasi berbasis agama dan pendukung keadilan ekonomi dari seluruh dunia telah berkumpul di Jenewa untuk pertemuan keenam Panel Ekumenis tentang Arsitektur Keuangan dan Ekonomi Internasional Baru (NIFEA). Diselenggarakan pada tanggal 25-27 Maret 2025, acara ini mempertemukan badan-badan ekumenis utama, termasuk Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD), Persekutuan Gereja-gereja Reformasi se-Dunia (WCRC), Federasi Dunia Lutheran (LWF), Dewan Metodis se-Dunia (WMC), dan Dewan Misi se-Dunia (CWM), untuk membahas ketidakadilan ekonomi global yang semakin parah dan mencari alternatif-alternatif yang transformatif.

Berawal dari sebuah tindakan dari Sidang Raya Bersatu pada tahun 2010 untuk mengimplementasikan Konfesi Accra, program NIFEA bertujuan untuk menghadapi ketidakadilan yang mengakar dalam sistem ekonomi saat ini. Pertemuan tahun ini sangat penting karena mendahului Konferensi Internasional keempat tentang Pembiayaan Pembangunan pada Juni 2025 di Sevilla dan berlangsung di tengah kesenjangan ekonomi yang melebar, kerusakan iklim, dan struktur keuangan yang eksploitatif.

Mengapa Kita Membutuhkan NIFEA Sekarang Lebih dari Sebelumnya

Pertemuan dibuka dengan doa dan refleksi yang dipimpin oleh Uskup Agung Thabo Makgoba, diikuti dengan sesi orientasi yang difasilitasi oleh Pdt. Philip Vinod Peacock (WCRC), Athena Peralta (WCC), dan Isaiah Toroitich (LWF). Pidato utama dari Iemaima Jennifer Vaai menggarisbawahi pentingnya restrukturisasi ekonomi global yang memprioritaskan keadilan, keberlanjutan, dan martabat manusia.

Sistem ekonomi saat ini adalah masalah keyakinan karena ini adalah masalah hidup dan mati; terlalu banyak nyawa, terutama nyawa masyarakat adat, yang hilang akibat nekropolitik imperialisme. Kami membutuhkan perubahan sistemik, dan kami membutuhkannya dengan segera,” kata Peacock, sekretaris eksekutif untuk keadilan dan kesaksian.

Mengatasi Akar Penyebab Ketidaksetaraan

Salah satu fokus diskusi berkisar pada laporan Oxfam terbaru, yang memperkirakan adanya peningkatan konsentrasi kekayaan yang mencolok, dengan setidaknya lima triliuner yang akan muncul dalam waktu dekat, sementara 3,6 miliar orang terus berjuang dalam kemiskinan. Para peserta juga membahas dampak kecerdasan buatan terhadap lapangan kerja, privatisasi barang milik bersama, dan finansialisasi sumber daya alam. Sebagai tanggapan, panel mengeksplorasi alternatif-alternatif terhadap tatanan ekonomi saat ini, termasuk perpajakan yang adil, penghapusan utang, dan kebijakan-kebijakan ekonomi yang berakar pada solidaritas dan keadilan.

Perspektif Global dan Strategi Masa Depan

Pertemuan tiga hari ini mencakup serangkaian diskusi panel yang menampilkan para teolog, ekonom, dan pakar kebijakan terkemuka. Topik-topik yang dibahas antara lain keadilan pajak global, dekolonisasi struktur ekonomi, pembongkaran kompleks industri-militer, dan strategi pembangunan berkelanjutan. Acara ini akan berujung pada perumusan pernyataan publik NIFEA serta surat pastoral kepada gereja-gereja yang menekankan urgensi krisis ekonomi dan ekologi.

Pada tahun 2025, yang merupakan tahun Yubileum dan ulang tahun ke-70 Konferensi Bandung-sebuah tonggak sejarah dalam gerakan menuju tatanan ekonomi internasional yang baru-pertemuan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali visi keadilan ekonomi, khususnya bagi masyarakat yang terpinggirkan di Global South.

Langkah Selanjutnya

Hasil dari pertemuan ini akan berkontribusi dalam membentuk fase berikutnya dari program NIFEA (2026-2028), memastikan bahwa komunitas-komunitas agama tetap berada di garis depan dalam mengadvokasi ekonomi global yang adil, peduli, dan berkelanjutan. (Terjemahan didukung oleh DeepL)