World Communion of Reformed Churches (WCRC) mengenang dengan penuh rasa syukur atas kehidupan Pdt. Dr. Choan Seng Song, seorang teolog yang berpengaruh, perintis ekumenis, dan pejuang keadilan. Karir Profesor Song yang luar biasa telah membentuk identitas dan misi gereja dengan cara yang mendalam. Kepergiannya pada tanggal 26 November 2024 menandai sebuah kehilangan yang besar, namun warisan iman, keilmuan, dan advokasinya yang abadi akan terus menginspirasi banyak generasi.
C. S. Song adalah seorang teolog yang memiliki kedalaman dan wawasan yang luar biasa, yang karyanya berakar kuat pada warisan Kristen Asia. Refleksinya, yang memadukan iman, budaya, dan komitmen terhadap pembebasan, tidak hanya berbicara tentang misi spiritual gereja, tetapi juga tentang panggilan gereja untuk mengatasi ketidakadilan sosial dan ekonomi. Selama karirnya yang luar biasa, Profesor Song menjadi mentor dan guru di Taiwan, Amerika Serikat, Singapura, dan Hong Kong, meninggalkan jejak transformatif dalam kehidupan para murid dan koleganya.
“Dengan rasa kesedihan yang mendalam kami mendengar kabar meninggalnya Pdt. Profesor Choan Seng Song,” kata Pdt. Dr. Setri Nyomi, Sekretaris Umum World Communion of Reformed Churches (WCRC). “Kami bersyukur kepada Tuhan atas hidupnya dan dampaknya yang begitu besar bagi banyak orang. Suara teologisnya, yang berakar pada akar Kristen Asia, merupakan seruan yang lantang bagi keadilan dan pembebasan. Dia menantang gereja untuk tidak hanya memberitakan Injil tetapi juga mewujudkannya dengan cara-cara yang transformatif,” tambah Nyomi.
Menambahkan penghormatan tersebut, Pdt. Najla Kassab, presiden WCRC, merefleksikan peran penting Song dalam gerakan Reformasi global.
“Hari ini, meninggalnya Dr. C. S. Song terjadi pada saat kita mengenang perjalanan panjang yang telah dilalui WCRC selama kurang lebih 150 tahun, yang dibentuk oleh awan saksi-saksi yang setia dan memperkuat Persekutuan ini. Song, dalam perannya sebagai Presiden WARC antara tahun 1997 dan 2004, menjadi saksi yang luar biasa atas pelayanan yang tulus dan komitmennya untuk memperdalam persekutuan ini. Teologinya berdampak pada banyak orang, dan dedikasinya tetap menjadi ekspresi yang kuat dari teologi kontekstual,” kata Kassab.
Pengaruh Profesor Song meluas jauh di luar ruang kelas. Kontribusi ekumenisnya sangat besar, termasuk pelayanannya sebagai Direktur Studi untuk World Alliance of Reformed Churches (WARC) dan sebagai Associate Director of the Faith and Order Commission di World Council of Churches. Sebagai Presiden WARC, Song memainkan peran penting dalam menyusun Konfesi Accra, sebuah dokumen teologis penting yang terus memandu gereja-gereja di seluruh dunia dalam mengatasi ketidakadilan ekonomi dan degradasi lingkungan.
“Kepemimpinan Song selama pengembangan Konfesi Accra sangat visioner,” kata Nyomi. “Ia percaya pada sebuah gereja yang berbicara kebenaran pada kekuasaan dan bertindak dengan berani demi keadilan. Keyakinan ini membentuk kepresidenannya dan akan terus menginspirasi kami,” ungkap Nyomi.
“Di bawah kepemimpinannya, WCRC menyetujui Konfesi Accra dalam Sidang Raya di Accra, Ghana, pada tahun 2004. Tahun ini menandai peringatan 20 tahun Konfesi Accra, sebuah pernyataan yang sangat kuat yang mengecam ketidakadilan ekonomi dan ekologi. Ketidakadilan yang dikecam oleh Konfesi Accra dua dekade lalu belum hilang, bahkan semakin memburuk. Kepergian Dr. Song menjadi pengingat akan kebutuhan yang terus menerus untuk mendedikasikan diri kita dalam memerangi ketidakadilan, meneruskan warisan visi kenabian dan komitmennya yang tidak kenal lelah,” demikian disampaikan oleh Yueh-Wen Lu, mantan Wakil Presiden WCRC.
Bagi banyak orang, Song lebih dari sekadar seorang teolog atau pemimpin – ia adalah seorang mentor dan teman. Kemampuannya untuk menggabungkan kedalaman teologis dengan tindakan praktis membuatnya dikagumi oleh para mahasiswa, kolega, dan pemimpin gereja di seluruh dunia.
Gereja Presbiterian di Taiwan, tempat di mana perjalanan iman Song dimulai, bergabung dengan gereja-gereja di seluruh dunia dalam berduka atas kepergiannya. WCRC telah menyampaikan belasungkawa yang tulus kepada keluarga, teman-teman, dan komunitas ekumenis.
“Dengan kepergiannya, keluarga Reformed dan gerakan ekumenis telah kehilangan seorang pemimpin, mentor, dan sahabat yang luar biasa,” kata Nyomi. “Kami bersyukur atas kehidupannya dan berdoa agar warisannya dapat terus menuntun kita. Semoga beliau beristirahat dalam kedamaian yang sempurna,” Nyomi merenung.
Kehidupan Pdt. Dr. C. S. Song mengingatkan kita bahwa teologi bukan hanya sekedar kegiatan akademis, tetapi juga panggilan untuk bertindak dan menjadi saksi akan kasih Allah yang tak terbatas. Kontribusinya yang luar biasa akan terus hidup dalam kehidupan yang disentuhnya dan gerakan-gerakan yang diperjuangkannya. Terjemahan didukung oleh DeepL